Assalamualaikum...
Penulis ucapkan untuk para pembaca semua.
Penulis ingin berbagi cerita dan pengalaman dengan para blogger.
Ucapan pertama, Alhamdulillah dan terimakasih kepada Allah SWT , Tuhan ku yang selalu memberikan jalan terbaik untuk umatnya yang senantiasa meminta pertolonganNya.
Tanggal 10 Juni 2012 kemarin , penulis mengucapkan kalimat syahadat di Masjid Agung kawasan Samarinda. Disaksikan oleh ustad, ulama, perwakilan warga , dan teman-temanku. 16 tahun penulis memeluk agama tertua di Indonesia, namun 6tahun terakhir penulis berkeyakinan Islam. Karena untuk penulis, antara agama dan keyakinan itu punya arti yang beda. Kalau agama itu hanya sebagai identitas dan belum tentu kita percaya. Kalau keyakinan itu yakin akan segala sesuatu yang kita yakini, dan bisa dijadikan pedoman hidup.
Penulis senang sekali akhirnya bisa menjadi mu'allaf, karena seperti inilah yang penulis inginkan. Mungkin dari penulis lahir sudah terbiasa dengan lingkungan yang mayoritas Islam, teman-teman, bahkan pembantu di rumahpun Islam semua. Karena kesibukan orangtualah yang membuat penulis untuk belajar agama sendiri, dan susah, karena agama yang saya pegang itu sangat susah untuk dipahami kalau tidak ada yang menuntunnya. Dari saya kecil, sudah sering ditinggal orangtua tugas keluar kota, dan waktu yang saya habiskan hanya dengan pembantu di rumah, kebetulan suami istri kerja dirumah penulis semua, beliau sudah 35 tahun bekerja dirumah penulis. Orangnya sangat taat pada agama, beliau tidak pernah lalai sholat 5 waktu, puasa senin kamis , dan mengerjakan amalan-amalan lainnya. Beliau bernama Pak Ahmad dan Ibu Paimah, dan mempunyai 2 orang anak laki-laki, mereka orang jawa timur.
Kebetulan orangtua penulis tidak fanatik terhadap agama, sangatlah toleransi. Dirumah ada mushola kecil untuk mereka melakukan ibadah. Mereka semua tinggal dirumah orangtua penulis. Mereka sangat baik. Setiap orangtua pergi bekerja, penulis diasuh oleh pa ahmad, dia yang dongeng tentang perahu Nabi Nuh yang terbalik, anak sholeh yang berbakti kepada orangtuanya, cerita Nabi Ibrahim yang menghancurkan berhala-berhala, penulis selalu mendengarkan, kalau beliau meninabobokan anaknya selalu dengan sholawat, begitupun juga dengan penulis, rasanya terbawa sampai sekarang.
Usia sekolah, semua teman-teman penulis mayoritas Islam semua, mereka sekolah Madrasah dan ngaji kalau sore, diantarkan oleh orangtuanya. Karena penulis non muslim, jadi sekolah pasraman, dan itu tetap saja buat penulis tidak mengerti. Suatu ketika ada tirtayatra ke Bali. Menggunakan bus, begitu sampai pelabuhan Ketapang, Banyuwangi nyeberang menggunakan kapal feri. Dan sampai ke Pelabuhan Gilimanuk, rasanya aneh, lihat rumah-rumah disana, terkesan angker, banyak kamboja yang setau penulis banyak terdapat di kuburan , merajan, pura dimana-mana. Aneh sendiri, padahal itu salah satu dari agama penulis. Tapi tidak biasa dilingkungan seperti itu, karena dari penulis kecil terlalu sering lihat masjid, orang adzan sehari 5x, mushola, langgar dsb. Tetapi ketika disana, kaya orang kehilangan sesuatu dan merasa pikun sendiri. Kebanyakan diam selama penulis disana, rasanya ingin cepat-cepat pulang (nyeberang ke jawa lagi).
Mungkin penulis terbawa suasana, atmosfer di sekolah juga Islami semua. Sering sekali mengucapkan salam, ketika memberi salam pada guru atau bertemu dengan teman. Sebelum pelajaran dimulai, ada waktu 15 menit untuk mengaji , berdo'a dan memberi salam pada guru. Setiap hari dan itu rutin dilakukan. Yang non muslim hanya diam, mendengarkan silahkan , engga juga tidak masalah. Asal jangan ribut selama ngaji sedang berlangsung. Kebanyakan pada diam mendengarkan. Kalau khatam Al-Qur'an , setiap kelas mengadakan acara syukuran, buat tumpeng dan dimakan bersama-sama. Kebanyakan Kristen dan Katholik di sekolahku yang non muslim. Mereka juga bernasib sama seperti penulis, serba kekurangan , tetapi kalau mereka kan walaupun minoritas tapi minoritas banyak, dan mudah dijumpai perkumpulannya.
Pertama kali pegang Al-Qur'an itu lupa kapan, tapi yang jelas di rayu-rayu teman perempuan di kelas. Awalnya bercanda-bercandaan, tapi 6 perempuan ngeroyok penulis biar pegang Al-Qur'an, karena sebelumnya tidak pernah pegang sama sekali, apalagi untuk melihat isi didalamnya. Awalnya penulis tolak, lari, dikejar juga sama mereka. Pas ketemu laginya gara-gara ada panggilan speaker untuk penulis, pas itu mereka ngeduluin penulis di ruang pengeras suara, kena juga akhirnya, tangan sampai ditahan 4 orang biar penulis tidak melarikan diri lagi. Begitu sampai kelas, mereka bilang, ayo pegang aja ga akan meledak ko. Akhirnya penulis pegang dan sama mereka suruh buka. Ya penulis buka dengan muka bingung, mana cara bukanya salah dan terbalik pula. Takut sebenarnya, takut dosa. Mereka malah minta tolong sama penulis, karena esok mereka akan ulangan agama dan semuanya dari Al-Qur'an, mereka mengajariku cara mencari di daftar isi, mereka menjelaskan apa itu juzz, ayat dan surat. Biar esok hari mereka ulangan , penulis bisa bantu mereka, penulis tolak awalnya, tetapi mereka mukanya muka-muka kasihan semua, jadi penulis mau dan mereka mulai menjelaskan pada penulis. Singkat cerita sampai rumah. Penulis membawa Al-Qur'an tersebut di tas. Untuk mempelajari yang tadi teman-teman minta tolong pada penulis, agar esok bisa membantu mereka. Penulis memang tidak mengerti arabnya, tetapi penulis membaca yang di terjemahannya. Luar biasa isi dalam Al-Qur'an, kitab suci setebal itu penulis baca sampai selesai. Seakan-akan kita sedang diceritakan tentang kejadian di masa lalu dan masa yang akan datang, akan kebesaran Allah dengan segala kemampuannya, Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakan, Allah adalah Esa, satu dan tunggal. Tidak ada yang bisa menyamainya. Pengalaman pertama membuka Al-Qur'an dan membaca terjemahannya, dan ternyata setiap hari yang teman-teman baca itu artinya seperti ini. Karena setiap pagi selalu ditulis di papan tulis , apa saja yang akan dibaca, surat, dan ayat berapa dan sampai ayat berapa.
Penulis sering sekali melihat orang sholat, memang awalnya aneh, kenapa mereka beribadah seperti itu? Tidak ada patokan apapun didepannya , hanya patokan arah kiblat yang mereka pakai. Dan penulis tanya ke Ibu Paimah, beliau kaget penulis bertanya tentang Islam.
"Jangan tanya-tanya Islam , den. Nanti saya dimarahin tuan" , jadi penulis cari Pak Ahmad, ragu untuk tanya ke beliau. Pas beberapa hari sebelum bulan Ramadhan waktu itu, beliau sedang melihat hilal dengan menggunakan alat sederhana, ntah terbuat dari apa. Penulis tanya kepada beliau, beliau menjawab untuk mengetahui kapan bulan ramadhan. Karena penulis awam dan tidak mengerti akan itu, penulis meminta Pak Ahmad untuk mengajari bagaimana kita bisa melihat bulan Ramadhan tiba. Orang yang mengajarkan penulis tentang hilal, letak dan semuanya itu Pak Ahmad, orang pertama yang mengajarkan pada penulis secara langsung, kebetulan dirumah ada 2 teropong. Jadi semakin jelas tentang apa yang beliau ajarkan pada penulis. Kebetulan penulis suka dengan dunia astronomi dan fisika, penulis mengerti yang dimaksud oleh Pak Ahmad. Namun secara Islam nya yang penulis tidak mengerti. Beliau itu pintar dan cerdas, dari cara berbicara dan menjelaskannya pun beda. Namun Pak Ahmad bilang
"Bapak orang miskin, den. Sekolah saja, bapak sampai harus kerja dulu. Lulusan SMA saja sudah Alhamdulillah. Beda dengan tuan, tuan pintar dan anaknya orang berada. Makannya nasib kami berbeda, tuan jadi hakim , bapak cuma ikut kerja dengan tuan, anak-anak bapak saja di sekolahkan sama tuan, tuan sama nyonya itu baik dengan keluarga bapak. Kalau tidak ada tuan sama nyonya, mungkin anak-anak bapak di kampung tidak ada yang sekolah".
Sederhana, beliau sangat tekun dalam bekerja, alm.aji sangat percaya padanya, bahkan beliau itu tangan kanannya aji.
Suatu ketika, Pak Ahmad diundang oleh organisasi Islam untuk ikut dalam pemantauan Hilal, beliau mengajak ku untuk pertamakalinya dan penulis sangat senang. Ternyata ramai sekali, ditempat yang sangat tinggi kita memantaunya. Kita bawa teropong , catatan dan jam. Selalu di kordinasikan dengan satu dan yang lainnya. Senang penulis bisa ikut terlibat langsung dengan mereka. Dan akhirnya setiap tahun menjadi tugas rutin untuk penulis, sampai kemarinpun penulis ikut. Apalagi penulis sudah mu'allaf sekarang dan dengan bekal , kemampuan , serta pengalaman yang penulis punya.
Islam itu fleksibel, mudah dan praktis. Beribadah sehari 5x sudah sangat cukup untuk selalu curhat dengan Allah, segala masalah yang penulis rasakan bisa penulis sampaikan pada maha kuasa secara langsung. Selalu penulis berdo'a dimanapun penulis berada, lebih tenang rasanya, tentram.
Islam itu agama yang mengajarkan kita untuk berpuasa, dimana kita bisa merasakan , beginilah rasa laparnya orang yang tidak mempunyai uang untuk membeli makanan , sehingga mereka tidak makan sama sekali. Islam mengajarkan kita menjadi orang yang sederhana, mengajarkan kita untuk berbagi kepada fakir , miskin , dan orang-orang yang benar-benar membutuhkan.
Islam mengajarkan kita berkhitan, dimana itu sangat bagus untuk kesehatan diri kita sendiri (khususnya untuk laki-laki), kalau tidak salah, perempuan juga ada , waktu masih bayi.
Islam mengajarkan kita untuk tidak memakan makanan seperti bangkai, babi, celeng, anjing dsb, karena didalam ilmu kesehatan juga itu memang sangat tidak bagus. Dalam babi itu terdapat parasit dan bakteri berbahaya, terdapat cacing pita (taenia), bayak sekali dampak negatif bagi kesehatan manusia.
Ada tragedi di bulan april kemarin, penulis memberanikan diri berkata pada aji , penulis ingin mu'allaf , disana penulis dimarah-marahin , ditampar, dimaki-maki, ditentang habis-habisan, karena penulis merupakan anak satu-satunya dan selang beberapa hari dari itu, aji jatuh dari kamar mandi, dan meninggal. Terpukul rasanya. Orangtua satu-satunya meninggal dimana penulis belum bisa memberikan apa-apa untuk mereka. Dan sekarang penulis menjadi yatim piatu, diumur yang masih muda seperti ini. Hidup harus bisa prihatin tanpa orangtua.
Dan tanggal 10 Juni 2012 kemarin, penulis memutuskan diri untuk menjadi seorang Mu'allaf. Semuanya ikut terbawa suasana, sedih yang penulis rasakan , sedih bahagia dan ingat dengan kedua orangtua, coba ada mereka, sekalipun mereka menentang, setidaknya penulis masih bisa melihat mereka dan melakukan sembah bhakti untuk kedua orangtua. Tapi mungkin ini sudah garis dari Allah, Allah tau mana yang baik dan buruk untuk umatnya, mungkin ini udah jalan hidupku, penulis hanya bisa berdo'a, berusaha ,dan tegar. Banyak rintangan didepan yang siap menghadang kapanpun.
Namun penulis berjanji, tidak akan lupa akan identitas penulis sebelum mu'allaf, ada darah hindu buddha yang mengalir didalam tubuhku. Orangtua yang melahirkan , dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang. Terimakasih atas semua yang telah aji dan bunda berikan untukku...
Maaf kalau ceritanya random. Penulis bingung mau mengurutkannya, sudah terlanjur banyak ketikan. Intinya, penulis yakin atas kuasa Allah SWT, dimana didalam Islam tidak ada penggolongan untuk umatnya. Dimata Allah , semua mahluknya itu sama. Terserah mereka mau bilang penulis seperti apa, penulis yakin akan adanya Allah di hati kita, Allah selalu bersama kita, jangan pernah ragu dengan kekuasaan Allah SWT, karena itu sudah terbukti ada didalam Kitab Suci Al-Qur'an (pedoman hidup umat Islam).
Allah the almighty.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar